Friday, April 3, 2015

Love the One You're With - part 2

Love the One You’re With part 2
“Terkadang dalam hidup memang ada kejadian yang tidak ada artinya sama sekali “ – Emily Giffin
“kau hanya bernapsu. Rasa Cinta dan napsu sering kali tertukar maknanya” (Margot) – Emily Giffin
Hai~~
akhirnya aku berhasil membaca ampe selesai buku yang menurut aku sangat menarik , yaps buku – Love the One You’re With- karangan Emily Giffin tahun 2009 ^^ yaaa, meski harus aku akuin, waktu baca  buku ini ada cukup banyak part yang aku skip kkk~ /abisnya aku penasaran sama endingnya sih, jadi ingin cepet gitu ceritanya/ tapi walaupun ada sebagian yang aku skip, tapi aku masih tetap ngerti sama jalan cerita dan plotnya kok.
Disini, aku mau ngejelasin lebih lengkap dari chapter 7 sampai chapter ending (chapter 36) tapi dalam bentuk bahasan yang singkat yaa kkk~

Di chapter 7 kita dipertemukan dengan kisah cinta masa lalu antara Leo dan Ellen. Bila dilihat sejenak, kisah cinta sepasang mantan kekasih ini begitu menarik, harmonis, penuh canda tawa dan jangan lupa juga menggairahkan. Ellen, entah karena dibutakan oleh cinta atau apapun itu, ia dengan rela memberikan semua hal yang ia punya kepada Leo, termasuk dirinya. Setiap hari, setiap saat, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik dua oraang sejoli ini selalu bersama dan tak bisa terpiahkan. Bahkan Ellen sering atau bahkan selalu menginap di apartemen Leo dan kalian tau? Bahkan Ellen melupakan hobinya yaitu memotret. Setiap hari ia hanya ingin berada didiekat Leo, dan ia sempat berpikir bahwa ia tak apa tinggal dalam kesederhanaan, asalkan ia selalu tetap bersama dengan sang kekasih – Leo.
Tapi, apakah Leo merasakan hal yang sama yang dirasakan oleh Ellen?? Awalnya, Leo pun merasa bahagia dan merasa bahwa Ellen adalah segalannya. Bahkan ia rela menghabiskan waktunya hanya untuk Ellen, walaupun pada dasarnya Leo tidak meninggalkan semua pekerjaannya secara total seperti Ellen meninggalkan hobi fotografernya.
Namun sejalan dengan bergulirnya waktu, perubahan itu pun secara nyata mulai terlihat ke permukaan. Leo menjadi lebih cuek dan kebih sering berkumpul dan menghabiskan waktunya dengan teman-temannya bahkan Leo pun mulai jarang menghubungi Ellen, yang notabene nya masih berposisi sebagai kekasihnya. Ellen pun mulai merasakan bahwa Leo telah berubah dan ia pun mencoba untuk berbicara baik-baik tentang hal ini pada Leo. Tapi, sayangnya Leo hanya menganggap ini masalah yang sepele (kebiasaan pola pikir cowok kebanyakan, apa yang mereka pikir sebagai masalah sepele, terkadang itu adalah masalah yang serius bagi kaum kami – kaum wanita)
Ellen pun kehabisan kesabarannya dan akhirnya dengan sangat ragu, ia bilang bahwa “hubungan ini tak kan berhasil dan ia meminta putus”. Padahal ungkapan ini hanyalah salah satu gertakan  agar sang pria bisa lebih memikirkan nasib wanitanya dan masalah yang tengah mereka rundingkan. Namun, diluar dugaan Ellen, Leo malah menyetujui permintaan konyol nya itu.
Menurut aku, ini bukanlah hal yang aneh lagi bila ada seorang wanita yang meminta putus pada pasangannya. Namun asal kalian tau para pria, dalam mulut wanita bisa saja bilang putus namun dalam hati wanita, hatinya itu berharap lain, sang wanita berharap bahwa sang pria dapat dengan tegas menolak permintaannya itu. Tapi hey, tidak banyak pria yang peka terhadap kode transparan yang diberikan oleh wanita ini. Jujur, aku juga pernah ngerasain hal seperti ini – suatu hari saat aku tengah berpacaran dengan seorang pria, ada saat-saat dimana aku merasa bosan dengan hubungan ini, dimana aku menginginkan adanya hal yang baru dan fresh dalam hubungan ku ini. Tapi aku tak pernah mengungkapkan kebosanan aku ini padanya, sehingga aku hanya mengakumulasikan rasa bosan ku ini dalam hati. Suatu hari rasa bosan ku ini telah sampai pada titik puncaknya dan dengan entengnya aku meminta putus pada pria itu. Padahal dalam hati aku menginginkan pria itu menolak permintaan bodoh ku ini, dan menahan aku agar tidak pergi seperti pasangan-pasangan yang sering aku lihat di drama-drama korea. Tapi apa daya, drama dan kenyataan itu sungguh bertolak belakang, tak ada yang namanya scene romantis yang keluar dari layar drama dan tiba-tiba muncul di kehidupan nyata. Pria itu dengan mudahnya menyetujui permintaan aku ini, dengan alasan “jika ini yang terbaik untuk mu,baiklah aku setuju” heol~~~
Alasan klise, bukankah jika kita menyukai seseorang kita harus bisa mempertahankan ia sampai akhir. Apapun yang terjadi? Tapi itulah yang sering terjadi di dunia nyata. Kode transparan sang wanita – dengan mengatakan putus – padahal kata itu mengandung arti aku butuh perhatiaan mu atau tolong perhatikanlah aku, kadang ditelan bulat-bulat oleh telinga lelaki dan akhirnya berakhir dengan emosi wanita yang menangis dalam kesendiriannya, karena mereka pikir bahwa sang pria sudah tidak mencintainya.
Seperti yang diungkapkan oleh Emily Giffin, saat Ellin meminta putus pada Leo..
“ Alih-alih aku mengharapkan sesuatu yang diharapkan semua gadis dalam situasi ini , Ia berubah pikiran, tiba-tiba tersadar, menyadari apa yang dimilikinya di dalam diriku, mendapati bahwa aku tidak tergantikan” - Emily Giffin
Ya, saat seorang wanita meminta putus pada pacarnya, didalam hati ia selalu berharap bahwa sang pria memiliki pemikiran seperti sang wanita pikir. Tapi kalian tau, pemikiran wanita dan pemikiran pria itu memang berbeda dan bertolak belakang.
“Siapapun yang bilang tidak peduli yang dilakukan mantan kekasih seriusnya pasti berbohong … “ - Emily Giffin
“… orang- orang bilang kita biasanya mengencani orang dari tipe yang sama …” – Emily Giffin
-Back to Novel
“ Bukankah itu impian setiap gadis ketika dia dicampakkan? Bahwa suatu hari nanti mantan kekasihnya menyesal lalu kembali dan menceritakan semuanya kepada si gadis.. dan bagian paling indah dari hal itu adalah.. kau tidak punya penyesalan yang serupa” (Suzanne) – Emily Giffin
Setelah putus dari Leo, Ellen pun merasa bahwa dunianya telah hancur dan tak ada gunany lagi ia hidup. Ia terlihat seperti wanita yang dicampakan, padahal bukankah ia duluan yang meminta putus dari Leo? Tapi itulah wanita, siapapun yang meminta putus duluan dalam sebuah hubungan (baik pihak wanit atau pria yang memintanya) pada akhirnya pihak wanita lah yang akan tersakiti. Namun, berkat omelan dan nasehat dari Margot – sahabatnya, Ellen pun dengan perlahan dapat bangkit dari keterpurukannya dan mulai meggeluti hobinya yang dulu yang ia tinggalkan, yaa hobi fotografernya.
Seiring berjalannya waktu, Ellen pun semakin bisa melupakan sosok Leo dari pikirannya, walaupun belum 100 persen berhasil tapi ini sudah menjadi salah satu bentuk kemajuan. ANDY, sosok Andy pun akhirnya muncul dalam kehidupan Ellen. Dan jujur aku suka banget scene dimana Andy dan Ellen saling mengobrol dan mencuci piring bersama seraya  Andy mengajak Ellen untuk pergi berkencan dengannya di New York nanti, karena saat ini mereka tengah berada di kediaman orang tua Andy, kakak Magot. Aku juga suka scene, saat Andy melirik Ellen ketika orang tua dan adiknya menanyakan tentang hubungan cinta Andy setelah putus dari mantannya. Secara tegas andy menyatakan bahwa ia memiliki jadwal kencan setelah ini dan dengan jahilnya jempol kakinya menyentuh kaki Ellen yang tersembunyi dibawah meja. Saat itu, Andy tidak bilang secara langsung bahwa ia akan berkencan dengan Ellen, tapi ia hanya berkata bahwa keluarganys sudah kenal baik dan pasti akan menyukai partner kencannya itu (HUAHHHHHH~~~ seriusan disini aku senyum-senyum sendiri coba bacanya)
“ … aku benar-benar tidak memahami orang-orang yang masih berteman dengan mantan-mantan mereka” (Ellen) – Emily Giffin
Andy dan Ellen pun akhirnya berkencan dan sampailah pada jenjang dimana mereka saling mengucapkan janji suci bersama didepan altar. Sejauh ini hidup Ellen tentu sangat bahagia dan membuat banyak wanita iri, karena ia telah berhasil menikahi seorang pria yang tampan, mempesona dan juga kaya. – kembali ke 100 hari pernikahan Andy-Ellen, dimana saat itu Ellen bertemu dengan Leo untuk pertama kalinya.. tidak hanya berkahir sampai disana, Leo secara tiba-tiba menghubungi Ellen dan meminta Ellen untuk bekerja sama dengan nya dalam meliput sesuatu. Dimana disini Ellen berprofesi sebagai Fotografer dan Leo berprofesi sabagai penulis sebuah artikel. Awalnya Ellen merasa ragu dan tak ingin menerima tawaran ini, namun stelah mendengar siapa objek yang akan ia potret – yang dimana objek potret nya ini adalah artis idolanya. Akhirnya Ellen pun setuju untuk gabung dalam kerja sama ini, walaupun pada akhirnya ia harus menyembunyikan kerja sama ini kepada sang suami – Andy.
Masalah pun mulai muncul, sebaik-baiknya kita menyimpan bangkai tapi lambat laun baunya pun akan tercium juga, seperti itulah yang saat ini Ellen hadapi. Serapi-rapinya ia menyembunyikan Leo, namun akhirnya Margot yang notabenenya sahabat dan adik iparnya ini mengetahui kelakuan Ellen dibelakang kakak kandungnya itu. Namun, Ellen bersi keras bahwa ia hanya melakukan itu hanya untuk bisnis semata tak ada yang lain – walaupun hati Ellen berkata lain, jujur ia juga masih bingung dengan perasaannya sendiri. (tentu kita juga pernah bertemu dengan mantan setelah sekian lama, dan entah kenapa kadang saat itu akan selalu muncul perasaaan yang entahlah aku pun tak mengerti dan kadang kita menyukai dan menikmati  perasaan itu).
Aku sempet sedih pas baca salah satu chapter dimana Andy dan Ellen berantem, bisa dibilang berantem hebat. Awalnya Ellen marah pada Andy karena pada saar dirumah Margot, Andy tidak membela Ellen yang bisa dibilang –dipermalukan- oleh teman SMA Margot yang terkenal dengan hidup mewahnya. Sebenarnya, sebelum kejadian ini muncul pun~ Ellen merasa kecewa kepada Andy, karena Andy mengajak Ellen untuk pindah rumah ke daerah tempat Andy dibesarkan dulu. Daerah yang sepi dari hiruk pikuk kegiatan kota, seperti New York – tempat mereka dulu. Karena Ellen tak ingin membuat Andy kecewa, maka Ellen pun berpura-pura bahwa ia  senang tinggal di tempat barunya. Namun di dalam hatinya Ellen merasa tak suka, terkurung dan bahkan benci dengan tempat ini. Awal mula pertengkaran ini memuncak saat Ellen mengaku bahwa selama ini ia menerima banyak tawaran pemotretan, berkat campur tangan Leo. Mendengar nama Leo, terucap dari bibir manis istrinya itu, membuat Andy marah dan tidak terima. Sebenarnya Andy bukan marah karena masalah Leo saja, ia juga kecewa mengpa istrinya ini baru mengatakan masalah Leo kapada dirinya sekarang.
Ellen pun mencoba untuk meredam amarah suaminya –Andy dengan cara bahwa ia tidak akan menerima tawaran pekerjaan yang ditawarkan oleh Andy beberapa waktu lalu. Tapi, itu tak lnagsung membuat amarah Andy pudar. Andy pun pergi dari rumah meninggalkan Ellen dan hanya meninggalkan secarik certas yang berisi tulisan..
“JIKA KAU PERGI JANGAN KEMBALI”
Aku pikir, Ellen tak akan pergi dan lebih memilih bersabar dan menunggu Andy kembali ke rumah dengan amarah yang mulai padam. Tapi ternyata tebakan aku salah, Ellen ternyata pergi ke New York untuk menerima tawaran pekerjaan itu atau untuk menemui Leo? Tapi entahlah.. selama di New York Ellen dan Leo terlihat semkain dekat satu sama lain. Jangan-jangan mereka CLBK (CINTA LAMA BELUM KELAR) oh no~ poor Andy.. bahkan ada scene dimana Leo mencium Ellen di kereta?? What??????? Jinjja?? Its not good..
Tapi ternyata otak dan hati Ellen masih berpihak kepada suaminya, ditambah setelah ia mendengar penuturan dari Suzenne –sang kakak, yang mengaku bahwa saat Andy keluar rumah Andy berdiam di hotel dan menelepon Suzenne, karena ia takut bahwa Ellen akan meninggalkannya. – dari sini tentu kita bisa lihat bahwa Andy sangat menyayangi dan mencintai Ellen. Dengan kesadaran yang penuh, Ellen pun langsung meninggalkan Leo, yang dimana saat itu mereka – Ellen dan Leo tengah berada ditempat yang sama, dengan perasaan yang penuh akan penyesalan, Ellen pun memutuskan untuk pergi ke Apartemen nya yang dulu ia tinggali bersama Andy, dan tanpa banyak bicara ia pun langsung menghubungi Andy. Diujung telepon mereka hanya saling bertukar sapa (hi~) dan Andy mengatakan bahwa saat ini Margot tengah berada di rumah sakit bersiap untuk melahirkan. Ellen yang tak menyangka bahwa hari ini Margot akan melahirkan pun, dengan sekuat tenaga berjalan keluar dari apartemen dan berencana untuk menyusul Margot ke rumah sakit.
Namun, belum sempat ia merealisasikan rencananya itu, manik matanya secara tiba-tiba menangkap sosok Andy, ya~ Andy menyusul Ellen ke New York. Tanpa ragu lagi, Ellen pun langsung berhambur ke dalam pelukan Andy. Dalam pelukannya itu, Ellen dan Andy pun saling mengucapkan kata maaf dan menyesal.
Ya.. pada akhirnya Ellen memilih cintanya yang sekarang – cinta sang suami. Sama seperti dari judul buku ini, Love the One You With. Maka cintailah seseorang yang tengah berada bersamamu sekarang, jangan mencintai seseorang yang tak ada bersamamu, masa lalu biarkanlah tetap menjadi masa lalu yang dapat dikenang. Dalam Novel ini terungkap pula bahwa hingga akhir Ellen masih tetap menyukai Leo sampai kapanpun, tapi ia lebih memilih diam dan tak mengungkapkannya dan menahannya dalam hati. Yang penting bagi Ellen sekarang adalah suaminya, cintanya dan masa depannya ^^
Nice story bukan?
Dari cerita ini aku banyak belajar sesuatu yang sangat berharga, antara lain,
1.Masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, dan cerita di masa lalu ini hanya untuk dikenang bukan untuk dijalani kembali.
2.Cintailah orang yang mencintaimu.
3.Cinta, obsesi dan nafsu itu adalah tiga hal yang berbeda, dan tak bisa dinamakan dengan nama Cinta.
4.Sahabat adalah segalanya, hanya mereka lah yang bisa jujur pada kita apakah kita itu benar atau salah.
5.Mantan? Mungkin mereka bukanlah orang yang harus kita jauhi, kita masih bisa berteman dengan mereka namun dalam konteks batasan tertentu.
6.Jangan terlalu mudah tenggelam dalam kenangan masa lalu, dan berpikir bahwa masa lalu itu lebih baik dari masa sekarang.
Done ^^
Terima kasih untuk semua yang udah mau baca ^^
See you in next post ^^
Follow my IG aniespur , my twiter aniespur and my ID Line aniespurniati
Salam kenal semuanya ^^

No comments:

Post a Comment